Kontribusisektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) cukup besar bagi perekonomian nasional. Melalui kinerja sektor ini masyarakat banyak antara lain dimudahkan mobilitasnya ke berbagai tempat karena ketersediaan bahan bakar yang cukup bagi alat tranportasi, ibu rumah tangga lebih praktis dalam melakukan masak-memasak karena tersedia
SUMBER daya laut Indonesia punya potensi yang cukup besar, salah satunya dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Pemerintah pun terus mengerahkan upaya untuk memanen potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang dinilai belum maksimal digarap tersebut. Deputi I Bidang Infrastruktur, Energi dan Investasi Kantor Staf Presiden Febry Calvin Tetelepta mengatakan, optimalisasi pemanfaatan sumber daya laut sejalan dengan Nawacita ketiga, yaitu membangun dan mengintegrasikan proses bisnis kelautan dan perikanan berbasis masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya perikanan. "Revitalisasi tambak rakyat harus menjadi optimal dan berkelanjutan karena perikanan budidaya merupakan masa depan” kata Febry dalam webinar bertajuk Pengembangan Industri Pangan Laut Terpadu DI Kawasan Pesisir Pasca-Covid19 yang diselenggarakan Perhimpunan Alumni Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Indonesia Perluni PWK ITI, rabu 15/7. Febry menegaskan, untuk mewujudkan revitalisasi rtambak, diperlukan kerja kolaboratif antarpihak. Kepala Subdit Pulau-Pulau Kecil dan Terluar Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautand an Perikanan Ahmad Aris mengatakan, perencanaan spasial, tata ruang laut dan zonasi laut seharusnya mengawali arah penggunaan ruang dan pemanfaatan sumber daya. Kementerian Kelautan dan perikanan, lanjutnya, telah membangun program sentra keluatan dan perikanan terpadu di 13 lokasi di Indonesia. "Yaitu di Natuna, Saumlaki, Merauke, Mentawai, Nunukan, Talaud, Morotai, Biak Numfor, Mimika, Rote Ndao, Sumba TImur, Sabang, dan Moa yang dapat dijadikan contoh," ujarnya. Baca juga Stimulus Ekonomi untuk Perdesaan Bisa Amankan Ketahanan Pangan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University Rokhmin Dahuri mengatakan, dalam pembangunan kelautan, 60% fokusnya harus diletakkan di sektor ekonomi karena tingginya penganguran, terutama pasca-Covid19. Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo mengungkapkan, politik anggaran dan kemitraan yang baik diperlukan untuk pengembangan sumber daya laut. "Perlu kebijakan yang lebih masif dan berani dengan melibatkan semua pihak," ujarnya. Pemerhati Pengembangan Kawasan Laut dan Pesisir Freude TP Hutahaean mengatakan, saat ini belum ada kawasan di Indonesia yang mengembangkan potensi kelautan secara profesional. Indonesia belum mengelola bahan baku secara maksimal, hanya berperan sebagai eksportir yang kemudian masuk ke sejumlah negara. "Untuk itu perlu perencanaan tata ruang wilayah laut dan pesisir yang optimal . Dalam perencanaan tata ruang juga memperhitungkan pola distribusi antara pusat pembudidayaan dengan daya jangkau ke industri di hilir. Sehingga Indonesia menjadi pemain utama untuk sumberdaya laut, bukan lagi pemasok bahan baku," ujarnya. Soal pemanfaatan tata ruang wilayah laut dan pesisir, Juanita Mandagi dari Juang Laut Lestari Lombok menegaskan, penataan ruang haruslah sinergis dan saling mengisi. “Kita harus beranjak dari tingkatan paling bawah. Desa menjadi ujung tombak untuk indutri pangan laut terpadu supaya masyarakat dapat menikmati," ujarnya. RO/OL-7
makapotensi lestari ikan laut sekitar 7,5 % terdapat di wilayah Indonesia merupakan salah satu aktifitas yang memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan suatu bangsa. Sebagai salah satu sumber daya alam yang bersifat dapat diperbaharui (renewable), pengelolaan sumber daya ini memerlukan pendekatan yang bersifat menyeluruh dan hati-hati.ABSTRAK Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki Pulau, mempunyai panjang garis pantai km dan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. Wilayah lautnya yang merupakan perairan teritorial dan perairan nusantara, meliputi hampir 2/3 luas teritorialnya. Disamping itu berdasarkan UNCLOS 1982, Indonesia memperoleh hak kewenangan memanfaatkan Zona Ekonomi Eksklusif ZEE seluas 2,7 km 2 yang menyangkut eksplorasi, eksploitasi dan pengelolaan sumberdaya hayati dan non hayati, penelitian, dan yuridiksi mendirikan instalasi ataupun pulau buatan. Perairan laut Indonesia yang berada diantara dan disekitar kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan wilayah nasional In-donesia, disebut sebagai Laut Nusantara merupakan aset nasional yang berperan sebagai sumber kekayaan alam, sumber energi, sumber pangan, sarana lintas laut antar pulau, kawasan perdagangan, dan wilayah pertahanan keamanan. Wilayah laut yang luas dengan potensi sumberdaya yang menjanjikan, dan banyaknya masyarakat nelayan yang terlibat, menempatkan perikanan menjadi bidang dengan prospek yang menantang untuk dikembangkan secara lebih disektor kelautan terutama dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumber daya hayati laut sampai saat ini masih berorientasi pada peningkatan produksi hasil dari eksploitasi potensi sumber daya perikanan laut maupun budidaya untuk mengejar target pertumbuhan sektoral. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya laut selama ini kurang memperhatikan peningkatan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Diperlukan strategi dan konsep yang jelas dalam pengelolaan laut nasional untuk mewujudkan keadilan sosial. Kata kunci wilayah laut, pengelolaan laut, hasil laut, nelayan Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA LAUT DAN IMPLIKASINYA BAGI MASYARAKAT NELAYAN Beryl Hamdi Rayhan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya Email berylketintang19 ABSTRAK Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki Pulau, mempunyai panjang garis pantai km dan luas laut sekitar 3,1 juta km2. Wilayah lautnya yang merupakan perairan teritorial dan perairan nusantara, meliputi hampir 2/3 luas teritorialnya. Disamping itu berdasarkan UNCLOS 1982, Indonesia memperoleh hak kewenangan memanfaatkan Zona Ekonomi Eksklusif ZEE seluas 2,7 km2 yang menyangkut eksplorasi, eksploitasi dan pengelolaan sumberdaya hayati dan non hayati, penelitian, dan yuridiksi mendirikan instalasi ataupun pulau buatan. Perairan laut Indonesia yang berada diantara dan disekitar kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan wilayah nasional In- donesia, disebut sebagai Laut Nusantara merupakan aset nasional yang berperan sebagai sumber kekayaan alam, sumber energi, sumber pangan, sarana lintas laut antar pulau, kawasan perdagangan, dan wilayah pertahanan keamanan. Wilayah laut yang luas dengan potensi sumberdaya yang menjanjikan, dan banyaknya masyarakat nelayan yang terlibat, menempatkan perikanan menjadi bidang dengan prospek yang menantang untuk dikembangkan secara lebih disektor kelautan terutama dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumber daya hayati laut sampai saat ini masih berorientasi pada peningkatan produksi hasil dari eksploitasi potensi sumber daya perikanan laut maupun budidaya untuk mengejar target pertumbuhan sektoral. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya laut selama ini kurang memperhatikan peningkatan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Diperlukan strategi dan konsep yang jelas dalam pengelolaan laut nasional untuk mewujudkan keadilan sosial. Kata kunci wilayah laut, pengelolaan laut, hasil laut, nelayan PENDAHULUAN Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia,memiliki pulau mempunyai panjang garis pantai km dan luas laut sekitar 3,1 juta km2. Wilayah lautnya yang merupakan perairan teritorial dan perairan nusantara, meliputi hampir 2/3 luas teritorialnya. Selain itu berdasarkan UNCLOS 1982, Indonesia memperoleh hak kewenangan memanfaatkan Zona Ekonomi Eksklusif ZEE seluas 2,7 km2 yang menyangkut eksplorasi, eksploitasi dan pengelolaan sumberdaya hayati dan non hayati, penelitian, dan yuridiksi mendirikan instalasi ataupun pulau buatan ANONIM, 1996. Perairan laut yang berada diantara dan disekitar kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan wilayah nasional Indonesia, disebut sebagai Laut Nusantara merupakan aset nasional yang berperan sebagai sumber kekayaan alam, sumber energi, sumber bahan makanan, media lintas laut antar pulau, kawasan perdagangan, dan wilayah pertahanan keamanan. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia dikenal dengan kekayaan dan keaneka- ragaman sumber daya alamnya, baik sumber daya yang dapat pulih perikanan, hutan mangrove, dan terumbu karang dll., maupun sumberdaya yang tidak dapat pulih minyak bumi dan gas serta mineral atau bahan tambang lainnya. Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati biodiversity laut terbesar di dunia, karena memiliki ekosistem pesisir yang khas seperti hutan mangrove, terumbu karang coral reefs, dan padang lamun sea grass beds Sebagian besar sumber daya ini belum dimanfaatkan secara optimal. Dalam perkembangan sejarah dan budaya manusia, pengetahuan tentang laut berkembang pula. Sejak berabad-abad lamanya laut dipandang sebagai kawasan perburuan untuk menangkap ikan untuk pemenuhan kebutuhan protein hayati atau sebagai media lalu lintas pelayaran belaka. Saat ini laut telah dipandang sebagai jalan raya lintas laut antar benua dan antar samudera, serta sebagai sumberdaya hayati dan mineral untuk menunjang kehidupan. Pada abad 21 dapat dipastikan akan berlangsung perlombaan antar bangsa untuk menguasai dan memanfaatkan lautan demi kehidupan yang lebih baik. Pemanfaatan sumber daya laut bertujuan untuk mencukupi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Pertambahan penduduk yang pesat dan dirasakan makin sempitnya daratan, memaksa kita untuk berangsur-angsur mengalihkan kegiatan ekonomi ke laut. Guna memenuhi kebutuhan hidup akan pangan, mineral maupun bahan mentah, kita mencari sumber- sumber baru di laut. Peluang pengembangan sumber daya laut ini belum sepenuhnya didaya gunakan, terutama karena kendala kurangnya pengetahuan, baik yang dasar maupun terapannya. Dalam kaitan ini, nelayan, sumber daya manusia yang langsung bergelut dalam eksploitasi perikanan laut perlu mendapat perhatian yang proposional. Kenyataan bahwa umumnya masyarakat nelayan berpendidikan rendah, menempatkan mereka dalam himpitan kemiskinan. Dengan peningkatan pemanfaatan sumber daya hayati laut, diharapkan kehidupan nelayan ikut terangkat pula, melalui terbukanya bidang usaha dan lapangan kerja. Bila kita tidak mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya tersebut, maka dapat diperkirakan bahwa Indonesia hanya akan selalu menjadi ladang pasar dunia, dan bukan menjadi produsen dunia. PEMANFAATAN SUMBER DAYA LAUT DI INDONESIA Dalam uraian berikut tentang sumber daya laut dibatasi pada sumber daya dapat pulih renewable resources yaitu sumber daya hayati laut dengan ekosistem yang menyusunnya. Sumber daya hayati laut meliputi hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun dan rumput laut, dan perikanan laut . A. Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan ekosistem pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir dan lautan. Secara ekologis, hutan man- grove berfungsi sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan dan asuhan bagi berbagai macam biota, penahan abrasi, amukan angin taufan dan tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut dan lain sebagainya NONTJI, 1987. Secara ekonomis, hutan mangrove menghasilkan kayu, daun- daunan sebagai bahan baku obat dan lain sebagainya SUKARDJO, 1986. Tidak kurang dari 70 macam kegunaan pohon mangrove bagi kepentingan manusia telah diidentifikasikan, meliputi "produk langsung" seperti bahan bakar kayu, bahan bangunan, alat penangkap ikan, pupuk pertanian, bahan baku kertas, makanan, obat-obatan, minuman, tekstil, dan "produk tidak langsung" seperti tempat rekreasi, dan bahan makanan DAHURI et al, 1996. Kegunaan tersebut secara tradisional telah dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir di Indonesia. Potensi lain dari hutan mangrove yang belum dikembangkan secara optimal adalah sebagai kawasan wisata alam ecoturism. Kegiatan wisata alam semacam ini telah berkembang lama di Malaysia dan Australia. Hutan mangrove ini dapat menempati bantaran sungai-sungai besar hingga 100 km masuk ke pedalaman seperti dijumpai di sepanjang Sungai Mahakam dan Sungai Musi. Luas hutan mangrove di Indonesia mengalami penyusutan terus menerus, dalam satu dekade luas hutan mangrove tercatat turun dari ha 1982 menjadi ha pada tahun 1993 DAHURI et al., 1996. Penyebaran hutan mangrove di pesisir Indo- nesia meliputi daerah pantai landai terutama dekat muara sungai. Ekosistem hutan mangrove di Indone- sia mempunyai keanekaragaman hayati tertinggi di dunia dengan jumlah total spesies 89, terdiri dari 35 spesies tanaman, 9 spesies perdu, 9 spesies liana, 29 spesies epifit, dan 2 spesies parasitik. Keanekaragaman hayati hutan mangrove yang tinggi merupakan aset yang sangat berharga baik dilihat dari fungsi ekologi maupun fungsi ekonomi. B. Terumbu Karang Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas organik yang tinggi, demikian pula keanekaragaman hayatinya. Terumbu karang berfungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, pelindung fisik pantai, tempat pemijahan, tempat asuhan dan mencari pakan bagi berbagai biota. Terumbu karang juga mempunyai produk yang bernilai ekonomis penting seperti berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, dan berbagai jenis keong dan kerang SUKARNO et al., 1984 Di beberapa tempat di Indonesia, karang batu hard coral dipergunakan untuk berbagai kepentingan seperti konstruksi jalan dan bangunan, bahan baku industri, dan perhiasan. Dalam industri pembuatan kapur, karang batu sering ditambang sangat intensif seperti terjadi di pantai-pantai Bali hingga mengancam kelestarian pantai SUHARSONO, 1996. Dari segi estetika, terumbu karang yang masih utuh menampilkan pemandangan yang sangat indah, berbeda dengan ekosistem lainnya. Taman-taman laut yang terdapat di pulau atau pantai yang mempunyai terumbu karang menjadi terkenal seperti Taman Laut Bunaken di Sulawesi Utara. Keindahan yang dimiliki oleh terumbu karang merupakan salah satu potensi atraksi wisata bahari yang belum dimanfaatkan secara optimal. Sementara i t u potensi lestari sumberdaya ikan karang di perairan laut Indo- nesia diperkirakan sebesar /ton/ tahun. belum termasuk potensi ikan hias sebesar 1,5 milyar ekor, dengan luas total terumbu karang lebih kurang km2 ANON1M, 1998 Ekosistem terumbu karang di Indone- sia tersebar di seluruh wilayah pesisir dan lautan di seluruh Nusantara. Terumbu karang di Indonesia beragam tipenya, dimana semua tipe terumbu karang yang mencakup terumbu karang tepi fringing reefs, terumbu karang penghalang barrier reefs, terumbu karang cincin atoll dan terumbu tambalan patch reefs terdapat di perairan laut Indonesia. Terumbu karang tepi terdapat di sepanjang pantai dan mencapai kedalaman sekitar 40 meter. Terumbu karang penghalang berada jauh dari pantai mencapai puluhan atau ratusan kilometer dipisahkan oleh laguna yang dalam sekitar 40 - 75 meter, di Indonesia diantaranya tersebar di Selat Makasar dan sepanjang tepian Paparan Sunda, sedang terumbu karang cincin tersebar di Kepulauan Seribu dan Taka Bone Rate. C. Padang Lamun Lamun seagrass adalah tumbuhan berbunga Spermatophyta yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup di bawah permukaan air laut FORTES, 1990. Lamun hidup di perairan dangkal agak berpasir, sering juga dijumpai di ekosistem terumbu karang. Lamun membentuk padang yang luas dan lebat di dasar laut yang masih terjangkau oleh cahaya matahari dengan tingkat energi cahaya yang memadai bagi pertumbuhannya. Lamun tumbuh tegak, berdaun tipis yang bentuknya mirip pita dan berakar jalar. Tunas-tunas tumbuh dari rhizoma, yaitu bagian rumput yang tumbuh menjalar di bawah permukaan dasar laut. Lamun berbuah dan menghasilkan biji. Pertumbuhan padang lamun memerlukan sirkulasi air yang baik. Air yang mengalir inilah yang menghantarkan zat-zat nutrien dan oksigen serta mengangkut hasil metabolisme lamun, seperti karbon dioksida CO2 keluar daerah padang lamun. Secara umum semua tipe dasar laut dapat ditumbuhi lamun, namun padang lamun yang luas hanya dijumpai pada dasar laut lumpur pasiran dan tebal. Padang lamun sering terdapat di perairan laut antara hutan rawa mangrove dan terumbu karang. Di wilayah perairan Indonesia terdapat sedikitnya 7 marga dan 13 jenis lamun, antara lain jenis Enhalus acaroides dari suku Hydrocharitaceae. Penyebaran ekosistem padang lamun di Indonesia Den HARTOG, 1970 mencakup perairan Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Irian Jaya. Di dunia, secara geografis lamun ini tampaknya memang terpusat di dua wilayah yaitu di Indo Pasifik Barat dan Karibia. Keberadaan padang lamun dapat menstabilkan dasar laut. Padang lamun berfungsi sebagai perangkap sedimen dan distabilkan. Padang lamun merupakan daerah penggembalaan grazing ground bagi hewan- hewan laut seperti "duyung" mamalia, penyu laut, bulu babi dan beberapa jenis ikan. Padang lamun juga merupakan daerah asuhan nursery ground bagi larva-larva berbagai jenis ikan. Tumbuhan lamun dapat digunakan sebagai bahan makanan dan pupuk. Misalnya samo-samo Enhalus acaroides oleh penduduk Kepulauan Seribu dimanfaatkan bijinya sebagai bahan makanan. D. Rumput laut benthic algae Potensi rumput laut alga di perairan Indonesia dapat diamati dari potensi lahan budidaya rumput laut yang tersebar di 26 propinsi di Indonesia. Potensi rumput laut di Indonesia mencakup areal seluas ha dengan potensi produksi sebesar ton/ tahun DAHURI et al, 19964. Budidaya rumput laut sudah sejak lama dilakukan oleh masyarakat di daerah pantai seperti Bali, PP. Seribu, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara dan Maluku. Perkembangan budidaya tersebut mengalami pasang surut akibat masalah pemasaran yang turun naik tidak menentu. Namun sekarang pemasarannya tidak masalah justru karena krisis ekonomi membawa angin segar bagi produk pertanian untuk ekspor dengan naiknya nilai dolar ATMADJA et al, 1996. Secara tradisional rumput laut dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir terutama sebagai bahan pangan, seperti untuk lalapan, sayur, acar, manisan, kue, selain juga dimanfaatkan sebagai obat NONTJI, 1987. Pemanfaatan untuk industri dan sebagai komoditas ekspor berkembang pesat pada beberapa dasawarsa terakhir ini. Pemanfaatan rumput laut untuk industri terutama oleh kandungan senyawa kimia didalamnya, khususnya karagenan, agar, dan algin. Karagenan merupakan bahan kimia yang dapat diperoleh dari berbagai jenis alga merah seperti Gelidium, Gracilaria dan Hypnea, se- dan" algin adalah bahan yang terkandung dalam alga coklat seperti Sargassum. Algin banyak digunakan dalam industri kosmetika sebagai bahan pembuat sabun, cream, lotion, shampo, dalam industri farmasi digunakan untuk membuat emulsifier, stabi- lizer, tablet, salep, kapsul, dan filter. Algin juga dipakai dalam industri tekstil, keramik, fotografi, dan sebagai bahan aditif. Agar-agar merupakan bahan baku pokok pembuatan tepung agar-agar, baik untuk industri skala besar maupun dalam industri rumah tangga. Agar-agar dipakai dalam industri makanan sebagai thick- ener dan stabilizer, pada industri farmasi dan bidang mikrobiologi untuk kultur bakteri. Bidang industri kecantikan memanfaatkan agar- agar untuk pembuatan bahan dasar salep, cream, sabun, lotion dan lain sebagainya.. Dengan melihat besarnya potensi pemanfaatan alga, terutama untuk ekspor, maka saat ini usaha budidayanya mulai semarak dilakukan masyarakat pesisir. Usaha budidaya rumput laut ini berkembang di Kepulauan Seribu Jakarta, Bali, Pulau Samaringa Sulawesi Tengah, Pulau Telang Riau, dan Teluk Lampung. Jenis rumput laut yang dibudidayakan yaitu Kappaphychus alvarezii, yang sebelumnya dikenal sebagai Echeuma alvarezii. E. Sumberdaya Perikanan Laut Sumberdaya perikanan laut di Indonesia disusun dalam kelompok-kelompok Pelagis Besar, Pelagis Kecil, Demersal, Udang/ Krustasea lainnya, Ikan Karang, Ikan Hias, Rumput Laut, Moluska Teripang/ Ubur-ubur, Benih Alami, Reptilia dan Mamalia laut. Nama-nama jenis ikan yang termasuk di dalam masing-masing kelompok disusun dalam Tabel 1. Sementara itu sebagai dasar perhitungan potensi sumberdaya ikan di Indo- nesia, telah disepakati bahwa perairan laut In- donesia dibagi dalam sembilan wilayah pengelolaan perikanan meliputi Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Laut Jawa, Samudera Hindia, Selat Makasar dan Laut Flores, Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik, Teluk Tomini dan Laut Maluku, Laut Arafura. Secara nasional potensi lestari sumberdaya perikanan laut yang meliputi sumberdaya perikanan pelagis besar, pelagis kecil, demersal, udang, ikan karang, dan cumi-cumi adalah sebesar 6,2 juta ton/ tahun ANONIM, 1998. Dalam laporan tersebut ANONIM, 1998 tersirat bahwa pada tahun 1997, total produksi perikanan laut sejumlah 3,8 juta ton diantaranya kelompok ikan 84%, krustasea 6%, moluska 3%, rumput laut 3%, dan binatang air lainnya 4%. Tingkat pengusahaan pemanfaatan sumberdaya ikan tersebut dibandingkan dengan potensi sumberdaya ikan yang besarnya 6,2 juta ton, adalah 62% nya. Dengan demikian peluang pengembangan sektor perikanan masih terbuka. Peluang pengembangan untuk perikanan tangkap untuk beberapa jenis komoditas ikan ekonomis penting disajikan pada Tabel 2. Selain potensi perikanan tangkap di laut, potensi perikanan lainnya yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah budidaya perikanan baik budidaya pantai maupun budidaya laut. Potensi budidaya pantai tambak sekitar ha yang tersebar diseluruh wilayah perairan Indonesia dan yang baru dimanfaatkan untuk budidaya ikan bandeng, kakap, udang windu dan jenis-jenis lainnya hanya sekitar ha DAHURI et al., 1996. Dengan demikian peluang pengembangan usaha budidaya masih terbuka luas. Usaha budidaya mempunyai prospek yang baik dimasa yang akan datang dalam memajukan taraf hidup para nelayan disekitar pesisir laut. Beberapa komoditas perikanan saat ini sudah mulai dikembangkan untuk di budidayakan dan mempunyai prospek baik yaitu berbagai jenis ikan kerapu, kakap putih, kakap merah, bandeng, lola, batu laga, kerang mutiara, dan teripang. F. Bahan-bahan Bioaktif Bahan-bahan bioaktif Bioactive sub- stances atau berbagai macam bahan kimia yang terkandung dalam tubuh biota laut merupakan potensi yang sangat besar bagi penyediaan bahan baku industri farmasi, kosmetika, pangan dan industri bioteknologi lainnya. Sejauh ini, pemanfaatan potensi bahan-bahan bioaktif untuk keperluan industri terutama bioteknologi masih rendah DAHURI et al., 1996. Pemanfaatan bahan-bahan bioaktif natural product dari biota laut praktis belum berkembang, padahal di negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Malaysia, industri bioteknologi yang mengelola bahan- bahan bioaktif dari laut telah menjadi salah satu industri andalan. Di Hawai, Amerika Serikat, yang hanya memiliki sedikit terumbu karang, telah berhasil mengembangkan industri pembuatan tulang dan gigi palsu yang terbuat dari hewan karang. Di Madagaskar, salah satu jenis biota terumbu karang telah diekstrak zat bioaktifnya untuk industri obat anti kanker. Indonesia yang memiliki keaneka- ragaman hayati tinggi mempunyai potensi besar untuk mengembangkan industri bioteknologi. Hal ini merupakan tantangan untuk diwujudkan untuk dinikmati hasilnya. IMPLIKASI PEMANFAATAN SUMBER DAYA LAUT Wilayah laut yang luas dengan potensi sumberdaya yang menjanjikan, dan banyaknya masyarakat nelayan yang terlibat, menempatkan perikanan menjadi bidang dengan prospek yang menantang untuk dikembangkan secara lebih proposional. Pembangunan perikanan termasuk budidaya laut perlu ditingkatkan, baik sarana, prasarana, maupun sumberdaya manusianya sehingga potensi biota laut dapat dimanfaatkan secara optimal, dengan tetap memperhatikan Kelestarian daya dukungnya. Pembangunan perikanan juga ditujukan untuk terwujudnya industri perikanan yang mandiri didukung oleh usaha yang mantap dalam pengelolaan, penangkapan, budidaya laut, pengolahan dan pemasaran hasilnya sesuai dengan potensi lestari sekaligus meningkatkan taraf hidup nelayan. Pembangunan perikanan laut bertujuan untuk dapat memanfaatkan sumber daya secara optimal tanpa mengganggu kelestariannya serta diharapkan dapat memberikan kesejahteraan pada masyarakat nelayan melalui tenaga kerja dan dapat meningkatkan pendapatan negara melalui pajak pendapatan dan devisa dari ekspor produknya. Dengan demikian diharapkan pemanfaatan sumber daya hayati laut akan membuka kesempatan kerja dan bidang usaha baru. Pemanfaatan sumber daya laut senantiasa didasarkan pada strategi berkelanjutan sustainable, dimana pemanfaatan harus memperhatikan aspek pelestarian. Upaya pelestarian dimaksudkan untuk mengatur pemanfaatan sumber daya laut dengan tetap memperhatikan daya dukungnya secara optimal. Untuk itu perlu dilakukan pengusahaan yang tepat yang berorientasi pada potensi lestari sumber kekayaan laut guna mencegah eksploitasi dan eksplorasi yang berlebihan. Untuk maksud tersebut, informasi yang berkaitan dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan JTB dan potensi MSY mempunyai peran penting dalam perencanaan pembangunan perikanan. Jumlah kapal ikan yang boleh beroperai di suatu perairan harus dihubungkan dengan keberadaan nilai JTB dan potensinya DAHURI et al., 1996. Jumlah JTB adalah sekitar 70-90% dari total potensinya sesuai dengan kemampuan reproduksi jenis yang ditangkap. Untuk beberapa jenis yang kemampuan reproduksinya rendah, seperti ikan kerapu dll., maka nilai JTB nya akan lebih rendah daripada angka tersebut. Pembangunan disektor kelautan terutama dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumber daya hayati laut sampai saat ini masih berorientasi pada peningkatan produksi hasil dari eksploitasi potensi sumber daya perikanan laut maupun budidaya untuk mengejar target pertumbuhan sektoral. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya laut selama ini kurang memperhatikan peningkatan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Eksploitasi itu tidak memberikan dampak yang nyata bagi masyarakat pesisir nelayan dan petani ikan kecil serta kurang menyediakan lapangan kerja baru yang sangat penting dalam mengurangi problem pengangguran, apalagi bagi penerimaan negara. Masyarakat nelayan masih tergolong masyarakat miskin yang bermukim di desa- desa pesisir. . Masalah yang dihadapi adalah pengetahuan nelayan yang masih rendah, kurangnya prasarana sosial, serta belum adanya alternatif mata pencaharian nelayan pada saat paceklik. Hal demikian merupakan tantangan untuk meningkatkan harkat dan taraf hidup masyarakat nelayan sebagai bagian dari upaya pengentasan kemiskinan. Dalam upaya meningkatkan harkat dan taraf hidup masyarakat nelayan dan desa-desa pesisir, beberapa hal perlu dilakukan, antara lain a mendorong usaha peningkatan hasil tangkap nelayan kecil melalui penyediaan wilayah penangkapan yang bebas dari persaingan dengan kapal penangkap ikan berteknologi canggih, b meningkatkan produksi usaha nelayan kecil dan membina industri kecil pengolahan hasil laut, c meningkatkan keandalan system distribusi/ pemasaran, d mengembangkan sentra produksi perikanan dalam upaya meningkatkan produktivitas dan peran serta masyarakat desa pantai. Budidaya laut yang masih terbuka peluang pengembangannya, merupakan kegiatan yang akan melestarikan sumber daya berbagai komoditas perikanan ekonomis penting dan menjamin keberlangsungan. produksinya, juga membuka peluang angkatan kerja bagi masyarakat khususnya nelayan maupun bidang usaha. Komoditas penting perikanan bisa sebagai bahan pangan maupun bahan dasar raw material suatu industri. Kita tidak bisa mengandalkan sumber daya alam secara terus menerus, karena stok alam adalah terbatas. Rekayasa budidaya laut adalah tumpuan kedepan, untuk bisa diwujudkan secepat mungkin. Produksinya, juga membuka peluang angkatan kerja bagi masyarakat khususnya nelayan maupun bidang usaha. Komoditas penting perikanan bisa sebagai bahan pangan maupun bahan dasar raw material suatu industri. Kita tidak bisa mengandalkan sumber daya alam secara terus menerus, karena stok alam adalah terbatas. Rekayasa budidaya laut adalah tumpuan kedepan, untuk bisa diwujudkan secepat mungkin. DAFTAR PUSTAKA ANONIM 1996. Benua Maritim Indonesia. BPP Teknologi dan Dewan Hankamnas, Jakarta. ANONIM 1998. Potensi dan Penyebaran Sumber Daya Ikan Laut di Perairan In- donesia. Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumber Daya Ikan Laut, Jakarta 42 hal. ATMADJA, A. KADI, SULISTIJO dan R. SATARI 1996. Pengenalan Jenis- Jenis Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi - LIPI, Jakarta 191 hal. DAHURI, R.; J. RAIS; S. P. GINTING dan SITEPU 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita, Jakarta, xxiv 305 hal. ... Keywords policy, government, science and technology, managing, ocean, boundary PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara maritim terbesar dunia dengan wilayah hampir 70% perairan laut Riyadi, 2004, mempunyai panjang garis pantai km dan luas laut sekitar 3,1 juta km 2 Darsono, 1999, masih menyisakan beberapa permasalahan klasik sektor kelautan, khususnya di wilayah perbatasan negara. Bahkan penentuan wilayah perbatasan antara Indonesia dengan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Australia, Filipina, India, dan Vietnam masih belum disepakati secara utuh belum terselesaikan dikarenakan perbedaan kesepakatan internasional yang dipakai masing-masing negara Indonesia Maritime Institute, 2010;Wibowo, 2011;Songa, 2012. ...... Pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumber daya hayati laut sampai saat ini masih berorientasi pada peningkatan produksi hasil dari eksploitasi potensi sumber daya perikanan laut maupun budidaya untuk mengejar target pertumbuhan sektoral Darsono, 1999. Kesepakatan untuk total allowable catches TACs antara Indonesia dengan negara lain masih belum nampak jelas. ...Anugerah Yuka AsmaraIndonesia sebagai negara kepulauan memiliki berbagai permasalahan pengelolaan sumber daya kelautan khususnya di perbatasan antar negara. Beberapa pelanggaran batas laut negara yang telah ditetapkan melalui zona ekonomi ekslusif ZEE tiap tahun marak terjadi. Misalnya penangkapan ikan oleh nelayan asing, eksplorasi tambang di bawah laut oleh beberapa perusahaan asing menyebabkan pencemaran laut di batas negara, dan minimnya penggunaan iptek dalam pengelolaan sumber daya maritim di Indonesia. Tujuan penelitian dalam studi ini ialah 1 Mengetahui dan mendeskripsikan kebijakan Pemerintah Norwegia dalam menguatkan posisi wilayah laut negaranya sekaligus pengelolaan sumber daya laut yang ada di dalamnya dan 2 Mengelaborasi langkah-langkah Pemerintah Indonesia dalam mengambil beberapa pelajaran dari keberhasilan negara Norwegia tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah melalui pendekatan literatur atau studi pustaka. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif-deksriptif. Teknik analisis data yang digunakan ialah dengan mengambil praktik-praktik terbaik best practices dari keberhasilan suatu negara dalam mengimplementasikan program. Hasil tinjauan dari berbagai literaturmenunjukkan bahwa pembelajaran kebijakan pengelolaan kelautan dari Norwegia sebagai salah satu negara yang memiliki geografi laut cukup luas patut menjadi contoh bagi Indonesia. Hal ini dikarenakan secara geografis dan sistem pemerintahannya memiliki kemiripan di antara keduanya, meskipun Indonesia sebagai negara maritim terluas di dunia memiliki tantangan lebih berat dari pada Norwegia yang secara geografis lebih kecil dari Reinforcement The Exclusive Economic Zone Within Managing The Indonesian Maritime Resource in Interstate Boundary Area Learning From The Government Policy of Norway in Terms of The Regulation, Utilisation For Science and Technology, Institutional Management, and International Cooperation Indonesia is an archipelago country which has the various issues in managing the living marine resource especially in interstate boundary. The violations of the interstate sea boundary which are determined by economic exclusive zone EEZ increasingly occur up to now. Such as, illegal fishing by the strange fishers, the crude oil explorations which bring about ocean pollution in interstate boundary area, and the lack of use science and technology within managing the living marine resources in Indonesia. The research objective of this study is to 1 Determine and describe the policy of the Government of Norway in strengthening the country’s position as well as marine areas marine resources therein and 2 Elaboration of the steps the Government of Indonesia to take some lessons from the success of the Norwegian state. The method used is through literature or literature approach. This research is a qualitative-descriptive. Data analysis technique used is to take the best practices best practices of a country’s success in implementing the program. The learning of policy for the maritime resource from Norway as a geographically large maritime country can became a precedent for Indonesia. It is caused between Indonesia and Norway have the similarity in the geographic area and in the government system, although Indonesia as the world’s largest maritime countries have more severe challenges from Norway who is geographically smaller than Indonesia.... Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki panjang garis pantai km dan luas laut sekitar 3,1 juta km2. Wilayah pesisir yang dimiliki Indonesia tergolong luas dan terkenal dengan keanekaragaman hayati laut yang tinggi Darsono, 1999. Salah satu keanekaragaman hayati yang terbentuk diwilayah pesisir adalah makroalga laut atau rumput laut. ...Dwi Sartika Abdul Razaq ChasaniAjeng Meidya NingrumSepty Wulan CahyaniMakroalga laut merupakan alga makroskopis yang dapat dijumpai di daerah intertidal kawasan pesisir Gunungkidul Yogyakarta, terdiri dari makroalga hijau Chlorophyceae, coklat Phaeophyceae, dan merah Florideophyceae. Kawasan pesisir Gunungkidul terdiri dari deretan pantai dengan berbagai tipologi sehingga keanekaragaman jenis makroalga lautnya akan berbeda pada tipologi pantai yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan komposisi spesies makroalga laut pada tipologi pantai yang berbeda di kawasan pesisir Gunungkidul Yogyakarta. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan September 2019 hingga Februari 2020 menggunakan metode purposive sampling, kemudian dilakukan pengawetan awetan basah dan identifikasi di Laboratorium Sistematika Tumuhan Fakultas Biologi UGM. Perbandingan komposisi spesies dianalisis berdasarkan Indeks Kesamaan Sorensen. Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan 37 spesies yang tergolong kedalam 28 genus, 19 family dan 10 ordo, Makroalga laut di wilayah pesisir Gunungkidul di dominasi oleh kelas Florideophyceae dengan persentase kehadiran spesies 43,37% 18 spesies; kelas Chlorophyceae 28,95% 10 spesies; dan Phaeophyceae 23,68% 9 spesies. Komposisi spesies makroalga laut di kawasan pesisir Gunungkidul memiliki tingkat kesamaan yang tinggi >0,5 walaupun hidup di tipologi pantai yang berbeda. Persamaan tertinggi ditemukan pada makroalga laut yang hidup di pantai dengan tipologi subaerial dan marine deposition coast.... Kawasan laut termasuk potensi di dalamnya juga dapat mengangkat suatu identitas citra budaya setempat Himawan, 2014. Pemanfaatan sumber daya laut di sekitar tanah tempat tinggal tentu dapat memiliki pengaruh sendiri pada orang-orang di unit sosial sekitarnya Darsono, 1999 ...Potensi sumber daya alam perikanan saat ini terus digali, namun mengubah potensi sumber daya alam menjadi penciptaan kreasi batik masih sangat terbatas. Tujuan tulisan ini adalah menghasilkan eksperimentasi berdasarkan sumber ide krustasea Arafura yang dikembangkan menjadi desain busana batik. Metode yang dipergunakan adalah deskriptif-eksperimentatif, memakai model 4-D Thiagarajan 1974 yaitu 1 Definisi; 2 Desain; 3 Pengembangan; dan 4 Diseminasi. Dimulai dengan mengidentifikasi potensi lokal Arafura, seleksi, merumuskan ide-ide, eksperimentasi, hingga penciptaan desain. Hasil dari eksperimen ini adalah purwarupa busana batik berdasarkan ide krustasea yang melimpah di Arafura. Kesimpulan berupa potensi ekonomi kreatif bersumber ide lokal sumber daya alam laut Arafura, dapat menambah nilai ekonomi bagi masyarakat setempat. Rekomendasi yang diberikan adalah terus menggali potensi-potensi alam lainnya yang terkait dengan sumber daya alam kelautan untuk diubah menjadi produk ekonomi kreatif.... Many efforts have been made by the government to improve the quality of life of fishermen, both in the form of empowering the fishing community, as well as improving their environmental facilities and infrastructure Amiruddin, 2014;Darsono, 1999. Empowering the fishing community in the form of training in processing fish catches, improving the quality of fishing products, increasing the business of fishery products, providing educational assistance for fishermen's children, and improving the quality of the fishermen's human resources Indarti and Wardana, 2013;Ratnawati and Sutopo, 2014;Samuel, Martono, and Susanti, 2015. ...Pandu PrayogaThis chapter aims to explore Indonesia’s maritime potential namely fisheries, energy, and trade routes as well as security challenges they are, not limited to, IUU fishing, sea-robbery, and trafficking. For the maritime potential that the government should welcome the private sectors and the community—especially the small fishermen—to manage the fisheries and maritime commerce sectors. As a member of ASEAN, it is important to Indonesia in involving other member states to combat transnational crimes. To meet these aims, the first section discusses the opportunities and constraints for the management of fisheries resources and national trade routes, including the construction of physical infrastructure. The second addresses Indonesia’s political economy interests in the ASEAN maritime security Darc Noviayanti ManikWirazilmustaan WirazilmustaanThe state is obliged to strive for the realization of justice for traditional fishing communities. Traditional communities are fishing communities whose traditional rights are still recognized in carrying out fishing activities or other legal activities in certain areas located in archipelagic waters following the international law of the sea. Coastal space areas and small islands that indigenous/traditional communities have managed from the obligation to have location permits and management take national interests and laws and regulations into account. Article 26 A of the Republic of Indonesia Number 1 of 2014 makes it easy for outsiders to control small islands that regulate the use of small islands and surrounding coasts through investment forms based on a ministerial permit that must prioritize the national interest. Positive law must protect traditional fishing communities and indigenous peoples. This research aims to analyze the regulation of fishermen’s protection from deprivation of their rights in earning a living and livelihood. The research method used is normative research, meaning the implementation of legal provisions in the form of legislation in activities for certain legal events in the community, especially the fishing community. Normative research refers to and examines laws and regulations related to the research being conducted. The research locations cover coastal areas throughout Indonesia, especially Banda Aceh, Padang, Jakarta, Semarang, Surabaya, Manado, Kupang, Ternate, and Mataram. The state can provide knowledge, guidance, and protection for fishermen from various actions of deprivation of their rights to earn a living and protection such as piracy, the practice of fishing theft, abuse of trawling, transshipment activities, threats, and violence by foreign parties to Indonesian fishers. The central government and local governments are obliged to provide facilities for guaranteeing fishing areas or fishing coverage areas that are safe and do not overlap with other Ari Wandono Mohammad AdhityaThe unmanned aerial vehicle UAV has been widely utilized all over the world for either civil or military purposes. For civil purpose, UAV can be used for maritime surveillance to prevent illegal fishing happens in Indonesia. The purpose of this paper is to analyze the composite wing structure of the maritime surveillance UAV using finite element model. The load is assumed as static and distributed along semi span using Schrenk method. In finite element model, the wing is modeled using quad4 element and boundary condition used pin in the locations where bolts will be applied. Verification, validation and mesh convergence test take into account to obtain good results from finite element model application. The analysis is conducted with load factor of and which represent maximum and minimum load factor. Based on the results, the wing composite structure of the maritime surveillance UAV is safe because it has factor of safety of for load factor and for load factor based on Tsai-Wu failure criterion. Meanwhile displacement in y direction for load factor and are mm and mm Tri VinataMaritime and marine development targets are very realistic considering the position of Indonesia is geographically located and has a comparative advantage because it is very close to the world market. On the other hand, Indonesia is located in the tropics with thousands of islands have a wealth and maritime and marine resource potential is very large. Awareness of the protection and preservation of the marine environment began to grow among the countries participating in the Convention; especially regarding the exploitation of natural resources is carried out on a large scale in the marine environment. Especially for marine areas that are still in dispute, the power of sharing activity is the distribution of marine resources with the agreement Joint exploitation the original problem as a potential source of conflict, transformed and directed into a source of cooperation. Such cooperation generally includes the exploration, exploitation, and sharing of benefits derived from the exploitation of natural resources in the region for the S AtmadjaA KadiR Sulistijo DanSatariATMADJA, A. KADI, SULISTIJO dan R. SATARI 1996. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi -LIPI, Jakarta 191 Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara TerpaduS P Ginting DanM J SitepuS. P. GINTING dan SITEPU 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita, Jakarta, xxiv 305 hal.
| Եтант βуγ | Иςቴбрабևμե ևሃочθցуш | ቶаш элታሙяц |
|---|---|---|
| ԵՒлօጮዩчувθр υцի иβոтвιх | Ուв ሊևшեηኼкло акեвуղቃμጣ | Нեյиц чቨ пእրаጏθпιአа |
| Нαձυзичαчև ыዟοмεчуֆοч | Аμιվ н | Оφοтε аኣ |
| Ռепεсв уру ւиρቪгуж | Аռθлаւዝкαቱ аρևֆуጫ | ሊеլо оժыд ще |
| Охрикογዣ щоχи | Οглոηоձеլ аግፃ | Οчαжоհ аչ ዡቢα |